Tampilkan postingan dengan label iman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label iman. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Mei 2012

Ingat!! Kiamat Sudah Dekat

Ingat!! Kiamat Sudah Dekat
Bismillahirohmanirohihm

Semua ahli sudah sepakat bahwa dunia ini akan berakhir. Tidak saja ahli agama yang meyakini bahwa dunia ini akan mengalami kehancuran total, yang kemudian dalam istilah agama disebut sebagai hari kiamat. Keyakinan ini juga didukung sepenuhnya oleh kenyataan empiris yang bisa ditangkap oleh para saintis.

Sebelum kiamat betul-betul terjadi, sebelumnya Allah mengirim sinyal-sinyal yang bisa dibaca sebagai tanda-tanda akan datangnya hari kehancuran itu. Ini merupakan kemurahan Allah dan kasih sayang-Nya, agar manusia lebih mempersiapkan diri.

Allah memberi rasa ngantuk kepada manusia sebelum mereka tidur. Seandainya manusia langsung tidur tanpa diberi aba-aba berupa ngantuk, barangkali banyak orang yang celaka. Bayangkan jika sopir yang sedang asik menyetir kendaraannya, tiba-tiba tertidur di tengah jalan. Bayangkan jika seorang dokter yang mau melakukan operasi secara mendadak tidur tanpa mengantuk terlebih dahulu. Berapa banyak bahaya yang diakibatkan tidur.

Begitu halnya dengan kematian. Secara normal, sebelum orang menemui ajalnya terlebih dahulu Allah mengirimkan tanda-tandanya, yaitu sakit. Bagi orang yang sakit, hanya ada dua kemungkinan, sembuh atau mati. Jika sembuh, bukan berarti ia telah lolos dari mati, sebab pada hakekatnya ia sedang menunggu giliran saja.

Sama halnya dengan kiamat, sebelum Allah benar-benar menghancurkan dunia dengan segenap isinya, terlebih dahulu Dia mengirimkan tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar.

ISYARAT KIAMAT

Tentang kapan persisnya hari kiamat itu, tak seorangpun yang tahu. Bahkan Rasulullah pun tidak mengerti. Hari kiamat itu merupakan rahasia Allah, yang tak seorang makhluk pun diberi tahu. Adalah kebohongan besar jika ada orang mengaku mendapatkan mimpi atau wangsit dari Tuhan tentang peristiwa ini.

Rasulullah saw bersabda.

"Qiamat tidak akan terjadi sampai seorang anak menjengkelkan kedua orang tuanya, banjir terjadi pada musim kemarau, orang-orang jahat melimpah, orang-orang terhormat menjadi langka, anak-anak muda berani menentang orang tua, dan orang jahat dan hina berani melawan orang yang terhormat dan mulia" (HR. Ahmad)

Banyak sekali hadist serupa yang menggambarkan kerusakan moral sebelum datangnya qiamat besar. Sebenarnya kerusakan moral yang terjadi di masyarakat itu sendiri adalah kiamat kecil, di mana Allah telah mengirim sebagian adzab-Nya di dunia.

Apa bukan kiamat, jika seorang anak menjengkelkan orang tuanya? Jika orang lain yang membuatjengkel barangkali mudah saja meninggalkannya untuk kemudian melupakannya. Akan tetapi jika yang menjengkelkan adalah anak kandung sendiri, bagaimana bersikap menghadapinya? Apa mungkin melupakannya? Masalahnya anak-anak itu adalah darah daging sendiri.

Banyak orang tua yang sukses menjadi pendidik di luar, tapi tidak sedikit yang gagal mendidik anaknya sendiri. Jika di luar masyarakat menghormati anak didiknya mentaati, tapi anaknya sendiri tak bisa diatur, semaunya sendiri. Sungguh sakit perasaan orang tua seperti ini.

Itulah kiamat kecil-kecilan yang diturunkan Allah ke bumi. Orang tua yang tidak mampu mendidik anak-anaknya dengan baik akan merasakan hal ini. Mereka mendapatkan adzab selagi masih di dunia, dan nanti di akhirat bakal mendapatkan adzab yang lebih pedih lagi.

Anak-anak yang gagal mendapatkan pendidikan akhlaq dari orang tuanya meminta kepada Tuhan agar orang tuanya dilaknat dua kali lipat dan diberi siksa yang lebih pedih. Permintaan mereka terangkum dalam firman Allah:

"Ya Tuhan kami, berilah kepada mereka siksa dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan besar." (QS. Al Ahzaab: 86)

Jika pendidikan sudah berorientasi pada materi, maka masalah moral menjadi terabaikan. Otak anak didik hanya diisi bagaimana memenuhi kebutuhan perut dan seks. Dua kenikmatan itulah yang diimpikan dan diperjuangkan mati-matian. Tak ada lagi perhitungan halal-haram, boleh dan tidak, baik buruk. Semua diterjang.

Di Jakarta puluhan gadis belasan tahun ditangkap saat mereka menjajakan diri. Kejahatan seksual semakin menggila. Angka penyandang AIDS semakin besar. Di rumah, di jalan, di kantor, di sekolah di mana saja telah dihadapkan rawan kejahatan.

Bukan berita baru jika istri membunuh suaminya sendiri atau sebaliknya, istri selingkuh dengan laki-laki lain dan perselingkuhannya justru dilakukan di rumah ketika suami bekerja. Lebih parah lagi, ternyata istri tersebut berselingkuh dengan sopir pribadinya sendiri. Ada juga satpam yang tega memperkosa istri majikannya ketika ditinggal kerja atau disaat majikan ke luar kota. Satpam yang seharusnya menjaga keamanan penghuninya ternyata justru yang menghancurkannya.

Sekarang, Harga nyawa manusia seakan-akan tidak berharga lagi. Tabrakan maut yang menimpa puluhan manusia di dekat halte oleh seorang wanita akibat narkoba, Ulah geng motor yang menjadi preman jalanan modus kejahatan baru.

Inilah tanda-tanda kiamat. Meskipun kecil tapi ini merupakan isyarat dari Tuhan agar kita lebih waspada lagi. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang mempercepat datangnya kiamatini.

Baca Selengkapnya...

Jumat, 13 April 2012

Hakikat Hati Yang Sakit

Hakikat Hati Yang Sakit


Bismillahirohmanirohim

Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah pujian yang banyak, dan Maha Besar Engkau. Shalawat semoga selalu tercurah pada junjungan kita Rosulullah saw juga keluarganya, para sahabatnya, dan ummatnya hingga akhir zaman.

Fenomena kekerasan di mana-mana seperti: tawuran antar sekolah, mahasiswa, daerah, kekerasan geng motor, korupsi, dan sejumlah kasus yang seolah sudah membudaya di dunia. Penyebabnya tidak lain karena hati mereka yang sakit, entah karena kurang pendidikan tentang agama, kasih sayang orang tua, pergaulan yang bebas tanpa aturan. Sehingga alangkah pentingnya mensikapi ini dengan mempelajari bagaimana hati bisa sakit dan bagaimana untuk mengobati.

Kutipan dari buku buah tulis ulama sekaliber Ibnul Qayyim sangat diperlukan untuk di baca dan ditelaah. yang pada akhirnya mampu memahami dan mengenal tentang hati kita. amiin.

      Allah befirman,
      "Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit." (Al- Hajj: 53).

      "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. (Al-Baqarah: 10).

      "Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al- Ahzab: 32).
      Allah memerintahkan para istri nabi agar tidak melemah-lembutkan ucapan mereka, sebagaimana yang biasa dilakukan kebanyakan wanita karena hal itu akan merangsang orang yang dalam hatinya ada penyakit syahwat. Meskipun demikian, mereka juga tidak boleh melontarkan ucapan secara kasar sehingga akan menimbulkan keburukan. Yang diperintahkan adalah agar mereka menyampaikan ucapan-ucapan yang baik.
      Allah befirman,
      "Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka." (Al-Ahzab: 60).

      "Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-vagu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" (Al-Muddatstsir: 31).
      Allah mengabarkan tentang hikmah dijadikannya bilangan malaikat penjaga neraka sebanyak sembilan belas. Allah menjelaskan ada lima hikmah. Pertama, sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, sehingga hal itu menjadikan mereka bertambah kufur dan sesat. Kedua, untuk lebih meyakinkan orang-orang yang diberi Al-Kitab, keyakinan mereka akan semakin menguat karena kesesuaian kabar tersebut dengan apa yang disampaikan oleh para nabi mereka, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mendengarnya dari mereka. Dan hal itu akan menjadi hujjah atas penentang-penentang mereka, lalu akan tunduk beriman orang yang dikehendaki Allah mendapat petunjuk. Ketiga, bertambahnya iman orang-orang yang beriman karena kesempurnaan kepercayaan dan pengakuan mereka terhadap hal tersebut. Keempat, hilangnya keragu-raguan orang-orang Mukmin dan orang-orang yang diberi Al-Kitab. Di atas itulah keempat hikmah yang dimaksud, yakni; sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, memantapkan keyakinan orangorang yang diberi Al-Kitab, menambah keimanan orang-orang beriman, dan hilangnya keragu-raguan orang-orang Mukmin dan Ahli Kitab.
      Dan hikmah kelima, kebimbangan orang-orang kafir dan mereka yang di dalam hatinya terdapat penyakit serta mereka yang buta hatinya dari maksud diciptakannya hal tersebut, sehingga mengatakan, "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?"
      Inilah keadaan hati saat kebenaran disodorkan padanya. Ada yang mendapat cobaan karenanya sehingga ia kafir dan menentang, ada yang bertambah kepercayaan dan keimanannya, ada yang meyakininya sehingga benar-benar menjadi hujjah baginya, ada pula had yang ragu dan buta terhadapnya sehingga ia tidak mengetahui apa yang dikehendaki dengannya.
      "Yakin dan tidak adanya keraguan" dalam hal ini, jika kembali pada satu hal maka penyebutan "tidak adanya keraguan" adalah peneguhan dan penguat akan keyakinan tersebut, serta menafikan berbagai hal yang berlawanan dengannya, apa pun bentuknya. Tetapi jika kembali pada dua hal yang berbeda, maka "keyakinan" itu kembali pada berita tentang bilangan malaikat, sedang "tidak adanya keraguan" kembali pada semua yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Karena berita itu tidak diketahui kecuali dari para rasul yang dikenal kejujurannya. Maka tidak akan ragu-ragu orang yang mengetahui kebenaran berita ini, setelah mengetahui kejujuran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan demikian tampaklah manfaat diceritakannya hal tersebut, yakni penyakit hati dan hakikatnya.
      Allah befirman,
      "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57).
      Ia adalah penyembuh apa yang ada di dalam hati dari berbagai penyakit kebodohan dan kesesatan. Karena sesungguhnya kebodohan adalah penyakit, obatnya ilmu dan petunjuk. Kesesatan adalah penyakit, obatnya kebenaran. Dan Allah telah membersihkan Nabi-Nya dari dua penyakit tersebut.
      Allah befirman,
      "Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru." (An-Najm: 1-2).
      Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyifati para khalifah sesudahnya dengan hal yang merupakan lawan dari keduanya, beliau bersabda,
      "Hendaknya kalian (berpegang teguh) dengan Sunnahku dan Sunnah Para khalifah yang mengikuti jalan yang benar dan mendapat petunjuk sesudahku."1)
      Dan Allah menjadikan kalam-Nya sebagai pelajaran bagi segenap manusia pada umumnya dan secara khusus sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman, juga obat paripurna bagi apa yang ada di dalam dada. Siapa yang berobat dengannya niscaya akan sehat dan sembuh dari sakitnya, dan siapa yang tidak berobat dengannya maka ia seperti yang dikatakan dalam syair,
      "Jika ia sembuh dari sakit yang menimpanya ia mengira telah selamat padahal dalam dirinya terdapat penyakit yang membunuh."2)
      Allah befirman,
      "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (Al-Isra': 82).
      Kata min dalam ayat tersebut bukanlah menunjukkan arti sebagian daripada, tetapi untuk menerangkan jenis (libayanil jins). Seluruh Al- Qur'an adalah obat dan rahmat bagi orang-orang beriman.

Sebab-sebab Timbulnya Penyakit Tubuh dan Hati
      Sakitnya tubuh adalah saat ia tidak dalam keadaan sehat dan baik. Ketika itu tubuh berada di luar kenormalannya disebabkan oleh kerusakan yang menimpanya sehingga fungsi indera dan gerak motoriknya terganggu. Tentang fungsi indera, ia bisa hilang sama sekali misalnya menjadi buta, tuli atau lumpuh. Atau mungkin melemah kekuatannya meskipun semua alat inderanya tetap masih utuh. Atau ia mengindera sesuatu dan tampak hal yang sebaliknya, misalnya manis dirasakannya pahit, jeleknya dipandangnya baik atau baik dipandangnya jelek.
      Adapun kerusakan yang menimpa gerak motorik misalnya adalah melemahnya daya kunyah, daya pegang, daya dorong atau daya tarik. Dengan demikian ia merasakan sakit sesuai dengan tingkat ketidaknormalannya. Meskipun demikian, ia belum sampai pada tingkat binasa dan kematian, ia masih memiliki kekuatan mengindera dan gerak meskipun lemah sekali.
      Adapun sebab ketidaknormalan tersebut, bisa dikarenakan rusaknya kadar tertentu atau cara. Yang pertama, mungkin karena kekurangan materi, sehingga perlu ditambah, atau mungkin karena kelebihan sehingga perlu dikurangi. Yang kedua, mungkin karena kelebihan suhu panas, dingin, lembab atau suhu kering. Atau ia kekurangan dari kadar normal. Untuk itu ia perlu diobati sesuai dengan ukurannya.
      Kesehatan akan diperoleh dengan menjaga kekuatan, memelihara diri dari gangguan dan menghilangkan sumber-sumber kerusakan. Ketiga, hal prinsip inilah yang menjadi konsentrasi para dokter dalam analisis diagnosanya. Dan semua itu telah terkandung dalam Al-Qur'anul Karim. Dzat yang menurunkannya juga menganjurkan agar ia dijadikan sebagai obat dan rahmat.
      Dalam hal menjaga kekuatan, Allah memerintahkan orang musafir dan orang sakit agar berbuka puasa di bulan Ramadhan.3) Orang musafir wajib menggantikan puasanya saat ia datang, sedang orang sakit menggantikannya saat ia sudah sembuh dari sakitnya. Yang demikian itu agar kekuatan keduanya tetap terjaga, sebab puasa akan menambah lemah bagi orang yang sakit dan bepergian akan membutuhkan kekuatan ganda karena kesukaran dalam perjalanan, dan tentu puasa akan membuatnya lemah.
      Sedangkan memelihara dari gangguan, Allah menganjurkan orang sakit agar tidak menggunakan air dingin dalam berwudhu dan mandi, jika hal itu memang membahayakannya. Allah hanya memerintahkan mereka bertayamum, sebagai bentuk tindakan preventif agar jasmaninya yang kasat mata tidak terserang bahaya.4) Jika demikian perhatian Allah terhadap hal yang bersifat lahiriah, apatah lagi terhadap hal yang bersifat batiniah.
      Adapun dalam hal menghilangkan mated yang rusak, maka Allah membolehkan kepada muhrim (orang yang sedang ihram) yang memiliki penyakit di kepalanya untuk mencukur rambutnya,5) sehingga ia menghilangkan bau busuk yang mengganggunya. Dan mencukur adalah salah satu cara yang paling mudah dalam menghilangkan gangguan ter-sebut. Karena itu Allah mengingatkannya, sebab itulah yang paling ia butuhkan.
      Suatu ketika, masalah di atas pernah saya beritahukan kepada para dokter senior di Mesir, serta merta mereka berkomentar, seandainya saya harus pergi ke barat untuk mengetahui faidah tersebut tentu ia merupakan perjalanan yang ringan.
      Jika diketahui demikian, maka hati membutuhkan sesuatu yang menjaganya agar tetap kuat. Dan itu adalah iman dan ketaatan. Juga membutuhkan pemeliharaan dari gangguan yang membahayakannya yaitu dengan menjauhi dosa-dosa, maksiat dan berbagai hal penyimpangan. Termasuk perlu pula dihilangkan setiap hal yang rusak dari padanya. Dan hal itu dengan taubat nashuha dan memohon ampun kepada Dzat Yang Maha Mengampuni dosa-dosa. Sakitnya hati yaitu berupa kerusakan yang menimpanya, sehingga merusak pandangan dan keinginannya terhadap kebenaran. la lalu tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran, atau ia melihatnya sebagai sesuatu yang lain dari hakikat sebenarnya, atau pengetahuannya tentang kebenaran menjadi berkurang, sehingga merusak keinginannya terhadapnya. Akhirnya ia membenci kebenaran yang bermanfaat atau mencintai kebatilan yang membahayakan, atau malah kedua hal tersebut secara bersama-sama melekat pada dirinya, dan inilah pada galibnya yang terjadi. Karena itu, penyakit yang menimpa hati terkadang ditafsirkan dengan keraguan dan kebimbangan, seperti menurut penafsiran Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah,
      "Dalam hati mereka ada penyakit." (Al-Baqarah: 10).
Maksudnya keragu-raguan. Terkadang pula, penyakit hati itu ditafsirkan dengan nafsu berzina, sebagaimana penafsiran firman Allah,
      "Sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al- Ahzab: 32).
       Pada ayat pertama adalah penyakit syubhat dan pada ayat kedua adalah penyakit syahwat.
      Kesehatan dijaga dengan hal-hal yang sehat pula, sedangkan penyakit ditolak dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Kesehatan akan semakin kuat dengan sesuatu yang sejenis dengan sebab timbulnya kesehatan dan akan hilang dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Kesehatan dijaga dengan hal sejenis dengan sebab timbulnya kesehatan itu, dan akan lemah atau hilang sama sekali dengan adanya sesuatu yang berlawanan dengannya.
      Ketika tubuh yang sakit merasa terganggu dengan sesuatu yang bila menimpa tubuh yang sehat tidak berpengaruh apa-apa; misalnya sedikit panas, dingin, gerakan atau lainnya maka demikian pula dengan hati yang sakit, ia akan merasa terganggu dengan sesuatu yang amat remeh, baik berupa syubhat atau syahwat. Ia tidak akan kuat bila kedua hal tersebut menimpanya. Sedangkan hati yang sehat, berkali lipat ditimpa hal yang sama ia masih kuat menolaknya dengan kekuatan dan kesehatan yang ada pada dirinya.
      Secara ringkas dapat dikatakan, jika orang yang sakit tertimpa dengan sesuatu yang sama dengan sebab penyakitnya maka penyakitnya akan bertambah, kekuatannya akan melemah bahkan akan menghantarnya pada kematian, jika ia tidak segera mendapatkan sesuatu yang dapat memulihkan kekuatannya dan menghilangkan penyakitnya.

Sumber:
(bab 2) MANAJEMEN QALBU: Melumpuhkan Senjata Syetan
Penulis: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah,
Penerjemah : Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Lc.
Desain Sampul : HAKA Advertising
Cetakan Keenam : Ramadhan 1426 H/Nopember 2005 M
Diterbitkan Oleh: PT DARUL FALAH
Ket:

1) Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi, dan ia berkata, "Hadits ini hasan shahih." Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari Al-'Irbadh bin Sariyah ia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menasihati kami dengan suatu nasihat yang membuat hati bergetar dan menjadikan air mata mengalir. Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan, karena itu berilah kami wasiat.' Beliau bersabda, 'Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan mentaati, bahkan meskipun yang memerintah kalian adalah seorang hamba sahaya. Dan sungguh orang yang masih hidup di antara kalian (sesudahku) akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu hendaknya kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mengikuti jalan kebenaran dan mendapat petunjuk, peganglah ia kuat-kuat, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam agama), karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah sesat'." LihatAt-Targhib mat Tarhib, (cet. Halaba, 1/41).

2) Syair ini berbicara tentang penyakit tua. Sebab orang yang usianya telah udzur jika sembuh dari sakit yang menimpanya maka sesungguhnya ia tidak akan sembuh dari kelemahan akibat usianya yang sudah senja.

3) Allah befirman, "Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (Al-Baqarah: 185).

4) Allah befirman, "Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu." (Al-Ma'idah: 6). 5) Allah befirman, "Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur) maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bershadaqah atau berkorban." (Al-Baqarah: 196).
Baca Selengkapnya...

Jumat, 06 April 2012

Kutipan Muraqabah (Pengintaian) - An Nawawi

Kutipan Muraqabah (Pengintaian) - An Nawawi
      Segala puji hanyalah untuk Allah semata, Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi yang tiada lagi nabi sesudahnya, Nabi kita Muhammad dan juga kepada keluarganya, para Sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat. Amma ba’du.
      Riyadhus Shalihin (taman Orang-orang Soleh) adalah karya An Nawawi yang berisi ayat-ayat dan hadith-hadith yang disusun berdasarkan tema yang dikaitkan dengan akhlak dan keperibadian mulia. Buku yang sangat penting untuk kita kaji dan pelajari di dasarkan pada keadaan sekarang yang kemerosotan ahlak dan kepribadian sudah sedemikian parah, terlebih maraknya kajian berbau pornografi di dunia maya ini. Sehingga sangat dimungkinkan perlunya menyajikan artikel pembelajaran yang sifatnya mampu meredam kemerosotang itu. Dan oleh karena hal tersebut pula saya menyajikan bab 5 dari buku Riyadhus Shalihin tentang Muraqabah atau pengintaian.
      Berikut kutipannya
      Allah Ta'ala berfirman:
"Dialah yang melihatmu ketika engkau berdiri dan juga gerak tubuhmu di antara orang-orang yang bersujud." (asy-Syu'ara': 218-219)
      Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Dia adalah besertamu di mana saja engkau semua berada." (al-Hadid: 4)
      Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi baik di bumi ataupun di langit."(ali-lmran: 5)
      Lagi firmannya Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Tuhanmu itu niscaya tetap mengintipnya." (al-Fajar: 14)
      Juga firmannya Allah Ta'ala:
"Dia Maha Mengetahui akan kekhianatan mata maksudnya pandangan mata kepada sesuatu yang diiarang atau kerlingan mata sebagai ejekan dan lain-lain perbuatan yang tidak baik dan apa saja yang tersembunyi dalam hati.” (al-Mu'min: 19)
Ayat-ayat yang mengenai bab ini banyak sekali dan kiranya dapat dimaklumi.
      Adapun Hadis-hadisnya ialah:
      Pertama: Dari Umar bin Al khathab r.a., katanya:
      Pada suatu ketika kita semua duduk di sisi Rasulullah s.a.w. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di muka kita seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak timpak padanya bekas bepergian dan tidak seorangpun dari kita semua yang mengenalnya, sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan berkata: "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam."
      Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada piihan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau engkau kuasa jalannya ke situ."
      Orang itu berkata: "Tuan benar." Kita semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
      Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari penghabisan kiamat dan hendaklah engkau beriman pula kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk semuanya dari Allah jua."
      Orang itu berkata: "Tuan benar." Kemudian katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan."
      Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu."
      Ia berkata: "Tuan benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari kiamat."
      Rasulullah s.a.w. menjawab: "Orang yang ditanya yakni beliau s.a.w. sendiri tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya yakni orang yang datang tiba-tiba tadi."
      Orang itu berkata pula: "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang alamat-alamatnya hari kiamat itu."
      Rasulullah s.a.w. menjawab:"Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya maksudnya hamba sahaya itu dikawin oleh pemiliknya sendiri yang merdeka, lalu melahirkan seorang anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka juga dan dengan begitu dapat dikatakan hamba sahaya perempuan melahirkan tuan puterinya dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar karena sudah menjadi kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."
      Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya yakni Umar r.a. berdiam diri beberapa saat lamanya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat Muslim)
      Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan tuannya sendiri. Tetapi ada sebagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu maksudnya. Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir. Adapun kata Maliyyan artinya waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.
      Sebabnya Sayidina Umar terheran-heran karena orang yang bertanya itu semestinya belum mengerti apa yang ditanyakan, tetapi anehnya setelah diberi jawaban, tiba-tiba penanya itu berkata: "Tuan benar," dan kata-kata sedemikian ini tentulah menunjukkan bahwa penanya itu telah mengerti. Barulah keheranan Sayidina Umar itu lenyap setelah diberitahu bahwa yang bertanya tadi sebenarnya adalah Jibril a.s. yang kedatangannya memang sengaja hendak mengajarkan soal-soal keagamaan kepada para sahabat Rasulullah s.a.w.
     Dalam Hadis di atas, ada beberapa hal yang penting kita ketahui, yaitu:
(a) Mendirikan shalat artinya tidak semata-mata menjalankan shalat saja, tetapi harus dipenuhi pula syarat-syarat serta rukun-rukunnya dan ditepatkan selalu menurut waktuwaktunya.
(b) Percaya kepada Allah yakni meyakinkan bahwa Allah itu ada (jadi jangan beranggapan bahwa Allah itu tidak ada seperti faham komunis), dan lagi Allah itu bersifat dengan semua sifat kemuliaan, keagungan dan kesempurnaan serta terjauh dari semua sifat kekurangan, kehinaan dan kerendahan.
(c) Malak ialah makhluk Allah yang dibuat dari pada nur (cahaya) dan tidak berjejal-jejal seperti cahaya lampu yang memenuhi rumah. Dengan cahaya seribu lampu, belum juga sesak rumah itu. Dengan ini teranglah apa yang dimaksud dalam sebuah Hadis:
"Bahwasanya Allah itu mempunyai malaikat, ada yang memenuhi sepertiga alam, ada yang memenuhi dua pertiga alam dan ada yang memenuhi alam seluruhnya."
Adapun arti iman kepada malaikat ialah harus percaya bahwa mereka itu benar-benar ada dan bahwa mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Malak itu sebenarnya kata mufrad dan jamaknya berbunyi malaikat.
(d) Percaya kepada kitab-kitab Allah ialah meyakinkan betul-betul bahwa kitab-kitab suci itu adalah firman Allah yang sebenar-benarnya yang diturunkan pada Rasul-rasulNya dengan jalan wahyu dan meyakinkan pula bahwa isi yang terkandung di dalamnya ttu semua benar.
(e) Percaya kepada para Rasul artinya beri'tikad seteguh-teguhnya bahwa apa yang mereka bawa itu memang sebenarnya dari Allah Ta'ala.
(f) Hari Akhir ialah hari Kiamat. Iman dengan hari kiamat artinya mempercayai betul-betul akan terjadinya hari penghabisan itu dan apa saja yang terjadi sesudahnya, misalnya Masyar (akan dikumpulkannya semua makhluk di padang mahsyar), Hisab (semua amal akan diperhitungkan), Mizan (amal-amal akan ditimbang dalam neraca), menyeberangi jembatan yang disebut Shirath dan kemudian ada yang masuk Jannah (syurga), ada pula yang terus terjun ke (neraka) dan lain-lain hal lagi.
(g) Qadar ialah ketentuan dari Allah sebelum Allah membuat semua makhluk ini, yang baik maupun yang jahat. Jadi segala macam adalah dengan kehendak Allah yang telah dipastikan sejak zaman azali dulu yaitu zaman sebelum Allah membuat apa-apa. Tetapi kita jangan lupa berikhtiar, karena kita telah diberi akal oleh Allah untuk mengusahakan bagaimana jalannya agar kita tetap bernasib baik dan terjauh dari nasib buruk. Kita tetap harus berdaya upaya selama hayat dikandung badan.
(h) Dengan cara ibadat sebagaimana yang terkandung dalam arti kata Ihsan ini, maka tentu akan khusyuklah kita sewaktu menyembah Allah itu. Kalau dapat seolah-olah tahu pada Allah, ini namanya Mukasyafah (terbuka dari semua tabir yang menutup) dan kalau mengangan-angankan bahwa Allah tetap melihat kita, ini namanya Muraqabah (mengintaiintainya Allah pada kita).
(i) Tanda-tanda yang dimaksud ini ialah tanda-tanda kecil sebab datangnya hari kiamat itu ada tanda-tandanya yang kecil dan ada tanda-tandanya yang besar. Tanda-tanda kecil artinya datangnya itu masih agak jauh, tetapi bila tanda-tanda besar telah nampak, maka itulah yang menunjukkan bahwa hari kiamat telah sangat dekat sekali saat terjadinya.
(j) Hamba sahaya perempuan melahirkan tuannya artinya, banyak sahaya perempuan itu yang dikawin oleh raja-raja atau pejabat-pejabat tinggi lalu melahirkan anak-anak perempuan sehingga anak-anaknya itu pun akan berkedudukan sebagaimana ayahnya.
(k) Orang yang tak beralas kaki, telanjang, miskin serta penggembala kambing sama bermegah-megah dalam gedung-gedung besar, maksudnya ialah bahwa yang asalnya hanya penggembala yang miskin hingga seolah-olah tak pernah beralas kaki dan pakaiannya hampir-hampir tidak ada (boleh dikata telanjang) tiba-tiba menjadi pembesar-pembesar negeri dan mendiami gedung-gedung besar lagi indah dan sama berkuasa serta kaya raya.
Dengan demikian, keadaan negeri lalu rusak binasa sebab sesuatu perkara semacam pemerintahan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, sebagaimana dalam sebuah Hadis diterangkan:
"Apabila sesuatu perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kerusakannya."
      Dengan ini tahulah kita bahwa Islam itu mengandung tiga unsur yang utama yakni: A. 5 Arkanul Islam, B. 6 Arkanul lman dan C. 2 Arkanul Ihsan.
      Kedua: Dari Abu Dzar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu Mu'az bin Jabal radhiallahu 'anhuma dari Rasulullah s.a.w. sabdanya:
      "Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat menghapuskan kejelekan tadi dan pergaulilah para manusia dengan budi pekerti yang bagus." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
      Keterangan:
      Hadis ini mengandung tiga macam unsur, yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan diikutkan sesudah mengerjakan kejelekan dan perintah bergaul dengan baik antara seluruh ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan lebih panjang, sebab masing-masing bangsa tentu memiliki cara-cara atau adat-istiadat sendiri. Namun demikian juga mesti dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam, sehingga tidak melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.
      Jadi di bawah ini akan diuraikan perihal yang dua buah unsur saja, yaitu:
{a) Takut pada Allah atau Taqwalah adalah satu kata yang menghimpun arti yang sangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi serta menahan diri dari melakukan larangan-laranganNya. Dengan demikian terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan, kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari semuanya tadi.
Tentang ini Allah telah berfirman:
      "Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama berlaku baik."
(b) Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat, karena dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita bertaubat itu dengan sebenar-benarnya, sebagaimana firman Allah:
      "Melainkan orang yang bertaubat dan beriman dan beramal shalih, maka mereka itu kejelekan-kejelekannya akan diganti oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan."
      Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya berada di belakang Nabi s.a.w. dalam kendaraan atau membonceng pada suatu hari, lalu beliau bersabda: "Hai anak, sesungguhnya saya hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yaitu: Peliharalah Allah dengan mematuhi perintah-perintahNya serta menjauhi larangan-laranganNya, pasti Allah akan memeliharamu, peliharalah Allah, pasti engkau akan dapati Dia di hadapanmu. Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan jikalau engkau meminta pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu kepada Allah pula. Ketahuilah bahwasanya sesuatu ummat yakni makhluk seluruhnya ini, apabila berkumpul bersepakat hendak memberikan kemanfaatan padamu dengan sesuatu yang dianggapnya bermanfaat untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan kemanfaatan itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Juga jikalau ummat seluruh makhluk itu berkumpul bersepakat hendak memberikan bahaya padamu dengan sesuatu yang dianggap berbahaya untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan bahaya itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Pena telah diangkat maksudnya ketentuan ketentuan telah ditetapkan dan lembaran-lembaran kertas telah kering maksudnya catatan-catatan di Lauh Mahfuzh sudah tidak dapat diubah lagi."
      Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
      Dalam riwayat selain Tirmidzi disebutkan: "Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu. Berkenalanlah kepada Allah yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan untuk Allah di waktu engkau dalam keadaan lapang sehat, kaya dan lain-lain, maka Allah akan mengetahuimu memperhatikan nasibmu di waktu engkau dalam keadaan kesukaran, sakit, miskin dan lain-lain. Ketahuilah bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu keuntungan atau bahaya, tentu tidak akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat terlepas daripadamu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada kelonggaran."
      Keterangan:
      Hal-hal yang perlu dimaklumi dalam Hadis ini ialah:
(a) Ada di belakang Nabi s.a.w. maksudnya ialah membonceng waktu naik bighal (semacam kuda) dengan duduk di belakang beliau.
(b) Peliharalah Allah, yakni peliharalah perintah-perintah dan larangan-larangan Allah serta berhati-hatilah pada kedua macam hal itu, pasti engkau dijaga olehNya dalam duniamu, agamamu, dirimu dan keluargamu.
(c) Ummat ialah semua makhluk yang dimaksudkan.
{d) Pena-pena telah diangkat, artinya ketentuan-ketentuan telah tetap.
(e) Kertas-kertas telah kering maksudnya catatan-catatan semua yang ada di dalam dunia semesta ini (sebagaimana yang tertera di Lauh Mahfuzh) tentu saja tak ada yang dapat mengubah takdir-takdir dari Allah itu kecuali yang dikehendaki olehNya sendiri sebagaimana firmanNya:
      "Allah menghapus serta menetapkan apa saja yang dikehendaki olehNya dan di sisi Allahlah ummut kitab atau pokok Catatan. Ummul kitab ini adalah ilmu Allah yang qadim (dahulu) sejak zaman azali (sebelum ada apa-apa kecuali Allah)."
(f) Selain Tirmidzi yakni 'Abd bin Humaid dan juga Imam Ahmad.
(g) Suka mengenai pada Allah artinya senantiasa mendekat dan taat padaNya. Kalau kita suka demikian ketika kita dalam keadaan lapang (banyak rezeki dan badan sihat), maka Allah pasti suka melihat kita yakni mau memberi pertolongan pada kita apabila kita dalam keadaan sukar pada suatu waktu.
(h) Suatu yang telah ditentukan oleh Allah (sejak zaman azali) akan lepas dari kita, (tidak dapat kita capai), sudah tentu selamanya barang itu tetap lepas dari kita yakni tidak dapat mengenai kita (kita peroleh). Demikian pula sebaliknya, yaitu bahwa sesuatu yang telah ditentukan akan kita dapatkan, maka bagaimanapun juga tidak akan lepas dari kita.
(i) Pertolongan Allah beserta kesabaran yakni bila kita ingin pertolongan dari Allah, haruslah kita sabar.
(j) Kelapangan beserta kesusahan dan nanti pasti ada kelonggaran yakni manusia itu tidak mungkin akan terus menerus susah dan sukar, insya Allah pada suatu ketika ia akan menemui kelapangan dan kelonggaran juga.
      Keempat: Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya engkau semua pasti melakukan berbagai amalan yang diremehkannya sebab dianggap dosa kecil-kecil saja, yang amalan-amalan itu adalah lebih halus lebih kecil menurut pandangan matamu daripada sehelai rambut. Tetapi kita semua di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya termasuk golongan dosa-dosa yang merusakkan menyebabkan kecelakaan dan kesengsaraan."
      Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ia mengatakan bahwa arti Almubiqat ialah apa-apa yang merusakkan.
      Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seseorang manusia mendatangi mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih)
      Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak yakni belang-belang kulitnya, orang botak dan orang buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat kepada mereka.
      Ia mendatangi orang supak lalu berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?"
      Orang supak berkata: "Warna yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan dikaruniai oleh Allah Ta'ala warna yang baik dan kulit yang bagus.
      Malaikat itu berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?"
      Orang itu menjawab: "Unta." Atau katanya: "Lembu," yang merawikan Hadis ini sangsi apakah unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata: "Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini."
      Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?"
      Orang botak berkata: "Rambut yang bagus dan lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikarunia rambut yang bagus.
      Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?"
      Ia berkata: "Lembu." Ia pun lalu dikarunia lembu yang bunting dan malaikat itu berkata: "Semoga Allah memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini."
      Akhirnya malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata: "Keadaan bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang buta menjawab: "Yaitu hendaknya Allah mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua orang." Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan padanya.
      Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?"
      Ia menjawab: "Kambing." Ia pun dikarunia kambing yang bunting hampir beranak.
      Yang dua ini unta dan lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini kambing juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang yang supak mempunyai selembah penuh unta dan yang satunya lagi yang botak mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi yang buta mempunyai selembah kambing.
      Malaikat itu lalu mendatangi lagi orang yang asalnya supak dalam rupa seperti orang supak itu dahulu keadannya yakni berpakaian serba buruk dan berkata: "Saya adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna yang baik dan kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam bepergianku ini untuk sekedar bekal perjalanannya."
      Orang supak itu menjawab: "Keperluan-keperluanku masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya.
      Malaikat itu berkata lagi: "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah engkau dulu seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?"
      Orang supak dahulu itu menjawab: "Semua harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan merekapun dari nenek-moyangnya pula."
      Malaikat berkata pula: "Jikalau engkau berdusta dalam pendakwaanmu uraianmu yang menyebutkan bahwa harta itu adalah berasal dari warisan, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula."
      Malaikat itu selanjutnya mendatangi orang yang asalnya botak, dalam rupa seperti orang botak dulu dan keadaannya yang hina dina, kemudian berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak permintaannya seperti halnya orang supak itu pula.
      Akhirnya malaikat itu berkata: "Jikalau engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana keadaanmu semula."
Seterusnya malaikat itu mendatangi orang yang asalnya buta dalam rupanya seperti orang buta itu dahulu serta keadaannya yang menyedihkan, kemudian ia berkata: "Saya adalah orang miskin dan anak jalan maksudnya sedang bepergian dan kehabisan bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam bepergian ini."
       Orang buta dahulu itu berkata: "Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu karena tidak meluluskan permintaanmu pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah 'Azzawajalla."
      Malaikat itu lalu berkata: "Tahanlah hartamu artinya tidak diambil sedikitpun, sebab sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu dan memurkai pada dua orang sahabatmu yakni si supak dan si botak." (Muttafaq alaih)
      Dalam riwayat Imam Bukhari kata-kata: La ajhaduka, yang artinya: "Aku tidak akan membuat kesukaran padamu", itu diganti: La ahmaduka, artinya: "Aku tidak memujimu menyesali diriku sekiranya hartaku tidak ada yang engkau tinggalkan karena engkau membutuhkannya."
      Ketujuh: Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Orang yang cerdik berakal ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawanafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih."
      Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Imam Termidzi dan lain-lain ulama mengatakan bahwa makna Daana nafsahu artinya membuat perhitungan pada diri sendiri.
      Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setengah daripada kebaikan keislaman seseorang ialah apabila ia suka meninggalkan apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan padanya yakni ia tidak memerlukan untuk mencampuri urusan itu."
      Ini adalah Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan lain-lain.
      Keterangan:
      Meninggalkan sesuatu yang tidak berfaedah misalnya sesuatu yang memang bukan urusan kita atau sesuatu yang terang salah dan batil, maka tidak berguna kita membela atau menolongnya. Demikian pula sesuatu yang bila kita campuri, maka bukan makin baik dan mungkin mencelakakan diri kita sendiri. Semua itu baiklah kita tinggalkan, kalau kita ingin jadi orang Islam yang baik.
      Sabdanya Nabi s.a.w. An-naaqatut 'usyara, dengan dhammahnya 'ain dan fathahnya syin serta dengan mad (yakni dibaca panjang dengan diberi hamzah di belakang alif), artinya: bunting.
      Sabdanya Antaja dalam riwayat lain berbunyi Fanataja, artinya: Menguasai di waktu keluarnya anak unta. Natij bagi unta adalah sama halnya dengan Qabilah bagi wanita. Jadi natij, artinya penolong unta betina waktu beranak, sedang qabilah, artinya penolong wanita waktu melahirkan atau biasa dinamakan bidan.
      Sabda Wallada haadzaa dengan disyaddahkan lamnya, artinya: Menguasai waktu melahirkannya ini, Jadi sama halnya dengan Antaja untuk unta. Oleh sebab itu kata-kata Muwallid, Natij dan Qabilah adalah sama maknanya, tetapi muwallid dan natij adalah untuk binatang, sedang qabilah adalah untuk selain binatang.
      Adapun sabda beliau s.a.w.: Inqatha-'at biyal hibaalu, yaitu dengan ha' muhmalah (tanpa bertitik) dan ba' muwahhadah (bertitik sebuah), artinya: beberapa sebab. Jadi jelasnya: Sudan terputus semua sebab (untuk dapat memperoleh bekal guna melanjutkan perjalananku). Sama halnya dengan yang biasa diucapkan oleh orang banyak: "Laisa 'alaatbuulil hayaati nadamun," artinya: Tidaklah selain timbul penyesalan dalam sepanjang kehidupan ini, maksudnya ialah oleh sebab sangat panjangnya masa hidupnya itu.
      Kesembilan: Dari Umar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang lelaki itu ditanya apa sebabnya ia memukul isterinya sebab mungkin ia akan malu jikalau sebab pemukulannya diketahui oleh orang lain." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lainnya.
Baca Selengkapnya...

Senin, 02 April 2012

Aqidah Ketuhanan - Hasan Al Banna

Aqidah Ketuhanan - Hasan Al Banna
Bismillahirohmanirohim

     Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi. Tuhan Yang Maha Pencipta yang telah menciptakan dengan segala kesempurnaan ciptaannya. Maha Suci Allah dari segala prasangka dan praduga tentang bagaimana atau seperti apa bentuk dan wujud Zat Allah dari hamba-hambaMu.

     Shalawat dan salam tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad saw beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir.

Dilatar belakangi oleh banyaknya ummat Islam khususnya di daerah saya yang mengandai-andai, mengira-ngira ataupun mereka yang menyerupakan sesuatu dengan tuhannya, Maha Suci Allah. Saya mencoba meluruskan dengan menghadirkan karya Syaikh Hasan Al Banna tentang Aqidah ketuhanan.

     Semoga apa yang saya sajikan dapat memberi manfaat dan meluruskan apa yang sudah bengkok hati dan pikiran kita, sekalipun itu sudah banyak blogger yang menghadirkan karya-karya dengan tema yang sama. Menurut hemat saya akan lebih baik sasering mungkin menghadirkan tema ini, oleh karena teramat penting dan vital dalam keyakinan. Amiin.

Sumber Bacaan: Bab 1
Judul Buku: ILMU TAUHID (Matematika Iman)
Pengarang: Hasan Al Banna
Alih Bahasa: A Sjinqithi Djamaluddin
Penerbit: Al Ikhlas-Surabaya tahun 1987

1. ZAT ALLAH SWT

     Semoga Allah selalu memberi petunjuk kepada kita kepada kebenaran. Saudaraku, ketahuilah, bahwa zat Allah swt, Maha Besar, tak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia, karena akal pikiran manusia ini walaupun tinggi menjulang, masih dalam kekuatan dan kemampuan yang terbatas saja, sebagaimana yang akan dijelaskan di belakang nanti Insya Allah, bahwa akal manusia ini sangat terbatas sekali untuk mengetahui hakikat sesuatu.

     Hanya saja di sini perlu kami singgung, bahwa akal manusia ini, dari yang paling besar sampai kepada yang paling kecil, hanya dapat mengambil manfaat saja dari sesuatu, tapi tidak dapat mengetahui hakikat benda itu yang sebenarnya. Seperti listrik, magnet dan lain sebagainya, adalah energi yang dipergunakan dan diambil manfaatnya saja tanpa dipelajari, apakah yang sebenarnya hakikat benda itu sendiri, bahkan tak seorang pun dari tokoh ilmuwan dunia sampai saat ini yang mampu mengungkapkan, bahwa mengetahui hakikat dan zat sesuatu tidak berguna sama sekali bagi kita, dan bagi kita cukup hanya mengetahui keistimewaannya yang dapat memberi manfaat kepada kita saja.

     Apabila kemampuan kita sudah demikian dalam perkara yang telah kami singgung di muka, maka betapa lagi dapat kita mampu mengetahui zat Allah sebagai pencipta segala makhluk ini? Sungguh banyak orang yang benar-benar tersesat karena membicarakan zat Allah; maka sebab perkataannya itulah tersesat, celaka dan bertentangan, karena membicarakan hal yang tidak dapat dijangkau dan tidak mampu diselidiki hakikatnya. Karena itulah Rasulullah saw, melarang memikirkan Zat Allah, tapi beliau memerintahkan kita berpikir tentang makhluk-makhluk-Nya.

     Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa beberapa orang pernah memikir-mikir tentang zat Allah Azza wa Jalla. Maka Nabi saw, bersabda:

     “Pikirlah tentang makhluk Allah, jangan kamu memikir-mikirkan tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu mencapai kebesaran-Nya.”
Riwayat Abu Nu’aim dalam kitab “Hilyah” dengan sanad lemah, dan riwayat Ashbihani dalam kitab “Targhib dan Targhib” dengan sanad yang lebih sahih; demikian pula dalam riwayat Abu Syaikh. Pada pokoknya bahwa hadits ini shahihul ma’na.

     Walaupun demikian, maka hadits ini bukan berarti mencegah kebebasan kita berfikir, bukan pula berarti kita dilarang research dan bukan pula berarti mempersempit akal fikiran kita untuk memperluas scope-nya. Hanya saja hal yang sedemikian itu merupakan suatu benteng agar akal kita tidak mudah terjerumus ke dalam jurang kesesatan, dan tidak mudah terburu-buru menyelidiki hal-hal yang jalannya tidak cermat, yang juga dia tidak dimungkinkan menerobosnya, walaupun mempersiapkan diri dengan obat-obat kolesom yang sangat ampuh kemujarabannya. Demikian inilah teori hamba-hamba Allah yang shahih dan arif terhadap Allah dan kebesaran-Nya.

     Pernah Abu Bakar Dalaf bin Jahdar Asy Syubli ditanyakan tentang Allah swt, maka dia menjawab:“Dialah Allah, Esa, Maha Dikenal sebelum adanya hukum dan huruf.”

     Abu Zakaria Yahya bin Mu’adz Ar Razi juga pernah ditanya : “beritahukanlah kepadaku tentang Allah."
Maka jawabannya: “Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa.”
Lalu dia ditanya lagi: "Bagaimanakah Dia?."
Dijawab: “Raja Yang Maha Berkuasa.”
Ditanyakan lagi : "Di manakah Dia."
Dijawab: “Dia benar-benar mengawasi.”
Penanya itu lalu berkata: "Aku tidak menanyakan tenang itu."
Abu Zakaria lalu menjawabnya: “Selain dari apa yang telah aku jawab adalah sifat makhluk, sedang sifat Allah tidak dapat saya ungkapkannya kepadamu”.

     Karena itu batasilah kemauan anda untuk mengetahui kebesaran Allah dengan caara merenungkan makhluk-Nya saja dengan berpegang teguh kepada sifat-sifat-Nya pasti itu.

2. NAMA-NAMA ALLAH SWT

     Di kalangan semua makhluk ini, Allah Maha Pencipta dan pembentuk, memang sudah terkenal dengan beberapa nama dan sifat yang layak bagi-Nya; yang sebaiknya harus dihafal oleh orang mu’min untuk mendapatkan barokahnya, dan untuk dinikmati kesedapan sebutannya dan kebesaran kadar kemuliaannya. Karena itu, peganglah hadits Rasulullah saw, dan sebaik-baik guide (penuntun) adalah lisan wahyu dan obor kenabian.

     Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata, bersabda Rasulullah saw,

     “Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu, maka seorang yang menghafalnya, pasti dia masuk surga; Dia adalah ganjil, maka menyukai ganjil pula.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

     Dalam suatu riwayat Imam Bukhari beliau bersabda:

     “Barangsiapa yang menghitung-hitungnya, maka dia masuk surga.”

     Juga Imam Tirmidzi meriwayatkannya dan dia menambahkannya:

     “Dia adalah Allah, tiada Tuhan selain Dia, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa (Disiplin), Yang Maha Kuasa, Yang Maha Agung, Maha Pencipta, Maha Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Maha Pengampun, Maha Mengalahkan, Maha Pemberi, Maha Pemberi Rizki, Maha Pembuka, Maha Mengetahui, Maha Menahan, Yang Melepaskan, Yang Merendahkan, Yang Mengangkat, Yang Menjadikan Mulia, Yang Menjadikan Hina, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, Yang Menjadi Hakim, Yang Adil, Yang Maha Halus, Yang Mengetahui, Yang Maha Penyantun, Yang Maha Besar, Yang Maha Pengampun, Maha Pembalas Jasa, Maha Luhur, Yang Agung, Yang Mama Memelihara, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mencukupi, Yang Maha Besar, Yang Maha Mulia, Yang Maha Mengawasi, Maha Mengabulkan, Yang Luas, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Mencintai, Yang Maha Pemurah, Yang Membangkitkan, Yang Maha Mengetahui, Yang Benar, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Kuat, Yang Maha Kokoh, Yang Maha Melindungi, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Tepat Menghitungnya, Yang Memulai Mencipta, Yang Mencipta Kembali, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Hidup; Yang Terus Mengurusi Makhluk-Nya, Yang Mengadakan, Yang Mulia, Yang Esa, Yang Menjadi Tempat Bergantung Semua Makhluk, Yang Kuasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memajukan, Yang Mengundurkan, Yang Pertama, Yang Akhir, Yang Terang, Yang Samar, Yang Melindungi, Yang Maha Luhur, Yang Melimpahkan Kebaikan, Yang Maha Menerima Taubat, Yang Membalas, Yang Pemaaf, Maha Pengasih, Maha Raja, Yang Mempunyai Kebesaran Dan Kemuliaan, Yang Berbuat Adil, Yang Menghimpun, Yang Kaya, Yang Membuat Kaya, Yang Menahan, Yang Memberi Bahaya, Yang Memberi Manfaat, Cahaya, Yang Memberi Petunjuk, Yang Maha Mencipta, Yang Kekal, Yang Memberi Pusaka, Yang Maha Menuntut Kepada Kebaikan, Lagi Yang Maha Sabar.”
Baca Selengkapnya...

Minggu, 19 Februari 2012

Hakikat Kehidupan yang Sesungguhnya

Sumber: Judul Buku: Hidup Setelah Mati (Fase Perjalanan Manusia Menuju Akhirat) Bab.1
             Penyusun   : Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah
             Penerbit     : Granada Mediatama

     Setiap kita saat ini sebenarnya sedang berada dalam sebuah penantian menuju perjalanan yang meletihkan. Sebuah perjalanan panjang menuju negeri keabadian, negeri yang akan memisahkan orang-orang fajir dan orang-orang shalih yang beriman, negeri yang iman seseorang akan memberikan manfaat baginya sedang penyesalan seseorang tidak akan membawa manfaat baginya. Inilah sebuah fase perjalanan yang menyebabkan manusia akan brkata "Sungguh hidup kita di dunia tidak lebih dari sesaat saja". Bagaimana mereka tidak mengatakan bahwa 60 tahun hidup yang mereka jalani di dunia bagai hidup sesaat saja? Bukankah satu hari di padang mahsyar sepeerti 50.000 tahun hidup yang sesungguhnya. Bagaimana kita dapat membayangkan letih dan lamanya masa saat itu? Hidup dalam keadaan telanjang tanpa mengenakan selembar benangpun, berdiri di atas tanah yang hanya cukup untuk kedua telapak kaki, tanpa makanan dan minuman, tanpa naungan dan hiburan, tanpa hubungan nasab dan tali persaudaraan. Seluruh manusia dari sejak Adam hingga mereka yang menyaksikan kehancuran alam semesta akan dikumpulkan menjadi satu. Langit dan bumi sudah diganti dengan yang baru. Matahari didekatkan hingga satu mil di atas ubun-ubun manusia, keringat bercucuran dan semuanya hanya akan sibuk dengan dirinya sendiri. Sebuah pemandangan yang paling mengrikan dan menakutkan bagi setiap yang menyaksikan.
     Sesungguhnya seorang hamba dituntut untuk mengetahui masa depan hidupnya yang hakiki, sehingga ia akan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Setiap manusia akan membuat garis hidupnya untuk menghadapi kehidupan dunia ini dan masa depannya. Padahal sesaatnya kehidupan dunia itu tiadalah sebanding dengan kehidupan dan masa depannya yang hakiki itu. Dengan demikian, sudah selayaknya jika seorang mukmin yang berakal telah menggariskan untuk dunianya dan lebih-lebih akhiratnya.
     Ada seorang yang datang kepada Sufyan Ats Tsauri rhm lalu berkata: "Berilah aku nasehat"' kemudian Sufyan berkata: "Beramallah kamu untuk dunia sesuai dengan lamanya kamu tinggal di situ, dan beramallah kamu untuk akhiratmu berdasarkan kekekalan dan keselamatanmu di akhirat."1
     Kehidupan di dunia hanyalah ladang untuk beramal dan beribadah kepada Allah, demi meraih panen yang baik di akhirat kelak. Dunia adalah tempat beramal dan berkarya, dan akhirat adalah tempat hidup yang sebenarnya, karena di sanalah semua usaha manusia dan jin akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Dengan demikian, kehidupan dunia sejatinya adalah medan ujian. Ujian untuk menentukan siapa yang taat kepada Allah dan siapa yang durhaka kepada-Nya. Ujian untuk menentukan siapa yang bersyukur kepada Allah dan siapa yang kufur kepada nikmat-Nya. Ujian untuk mengukur siapa yang lebih baik amal dan takwanya. Allah berfirman:
"Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yang paling baik amal perbuatannya." (QS. Al-Mulk: 2)
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amal perbuatannya." (QS. Al-Kahfi: 7)
"Dan Kami menguji mereka dengan nikmat-nikmat yang baik dan bencana-bencana yang buruk, agar mereka kembali kepada kebenaran." (QS. Al-A'raf: 168)
"Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan." (QS. Al-Anbiya: 35)
      Menafsirkan ayat di atas, iamam Ibnu Katsir berkata: "Maksudnya adalah Kami menguji kalian, terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur; siapa yang bersabar dan siapa yang putus asa. Ebnu Abbas berkata: "Kami akan menguji kalian dengan kesusahan dan kelapangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan."2
     Tatkala nabi Sulaiman melihat singgasana ratu Saba dibawa ke hadapannya dalam waktu yang sangat singkat, tak melebihi waktu yang dibutuhkan untuk mengedipkan mata, ia mengatakan: "Ini adalah karunia dari Allah untuk mengujiku apakah aku akan bersyukur atau mengkufuri nikmat sendiri. Dan barang siapa yang kufur, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya Lagi Maha Mulia." (QS. An-Naml: 40)
     Agar manusia dan jin tidak tertipu oleh keindahan hidup di dunia dan terpedaya oleh bujuk rayu setan, Allah memperingatkan mereka akan kecilnya kenikmatan hidup di dunia, bila dibandingkan dengan kenikmatan hidup di akhirat. Banyak ayat Al-Qur'an dan hadits nabawi yang menegaskan betapa remeh, tidak berharga, dan tercelanya dunia dengan segala bentuk keindahan dan perhiasannya.
     Allah berfirman :
     Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Ali Imran: 185)
     Dan kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh, akhirat itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka tidakkah kalian memahaminya. (QS. Al-An'am: 32)
     Dan kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah sendau gurau dan main-main belaka. Dan sesungguhna akhirat itu kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui. (QS. aL-Ankabut:64)
     Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, dan sesungguhnya akhirat itu negeri yang kekal. (QS. Ghaafir: 39)
     Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda-kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14)
     Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah di antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Ia seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras, ampunan dari Allah dan keridhaaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid: 20)
     Rasulullah bersabda:
     "Sekiranya nilai dunia ini di sisi Allah sebanding dengan satu sayap nyamuk, tentulah Allah tidak akan memberi kenikmatan dunia kepada seorang kafir pun, meski sekedar seteguk air minum."3

     Dari Mustaurid bin Syadad, ia berkata: Rasulallah bersabda:
     "Demi Allah! Tidaklah nilai kenikmatan hidup dunia di akhirat kelak kecuali seperti salah seorang di antara kalian yang memasukkan sebuah jarinya ke dalam air laut. Maka hendaklah ia melihat berapa banyak air yang menempel pada jarinya manakala diangkat dari dalam air laut."4

     Orang-orang yang beriman dan bertakwa tidak akan tertipu oleh keindahan hidup dunia dan bujuk rayu setan. Mereka akan mempergunakan seluruh kenikmatan duniawi yang mereka miliki sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempersiapkan bekal ke akhirat kelak. Mereka hanya mengambil kenikmatan dunia sebatas apa yang mencukupi standar kelayakan hidup semata. Selebihnya mereka curahkan beramal shaleh demi mengharapkanan hidup yang lebih baik dan kekal di surga kelak. Sebagaimana firman Allah:
     Maukah kalian Aku beritahukan hal yang lebih baik dari seluruh harta kekayaan tersebut? Yaitu orang-orang yang bertakwa. Bagi mereka di sisi Rabb ada surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Bagi mereka pasangan-pasangan yang suci dan ridha dari Allah dan Allah maha Mengetahui hamba-hamba-Nya.

     Yaitu orang-orang yang mengatakan: "Wahai Rabb kami! Sesungguhnya kami telah beriman maka anpunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami dari siksa neraka."

    Mereka adalah orang-orang yang senantiasa bersabar, berkata jujur, tekun beribadah, gemar mensedekahkan sebagian harta, dan meminta ampunan Allah di waktu sahur. (QS. Ali Imran: 15-17)


Ups...?! Mataku sudah berkunang-kunang, badan terasa nyeri, kaki dan tangan jadi kaku, terlebih jemari sepertinya enggan untuk melanjutkan ketak-ketik.. Padahal tugas ini belum selesai... Ah... Biarin?!! Aku lanjutkan besok saja yah..
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 04 Februari 2012

Merenungi Kedahsyatan Hari Kiamat

Merenungi Kedahsyatan Hari Kiamat




     Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'alla yang telah mengangkat dan menghindarkan orang-orang terhormat dari kecenderungan kepada kehidupan dunia ini, dan Dia menganugerahkan kebaikan-Nya kepada penghuni surga di alam akhirat, serta menjalankan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya kepada setiap orang dari penghuni surga atau neraka. Maha Suci Allah yang telah memudahkan setiap makhluk kepada apa yang menjadikan ketentuan nasibnya masing-masing:
     Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing:. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al Isra 84)
     Aku memuji Allah Subhanahu Wa Ta'alla yang Maha Suci dan bersyukur kepada-Nya serta bersyukur terhadap apapun atas nikmatnya yang pantas disyukuri sehingga alam memberikan pengaruh positif sebagaimana firman Allah:
     "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim: 7)
     Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya Yang Esa dalam kekuasaan-Nya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengamun.
     Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang telah diutus kepada seluruh makhluk sebagai rahmat bagi alam semesta, bintang kebenaran telah datang dan busuknya telah menyebar bagai api menuju segala penjuru, maka diapun menegakkan pondasi-pondasi agama dan membangun menara kebenaran, dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam mendatangi ka'bah sementara berhala-berhala memasuki serambi Ka'bah, pada saat kezaliman dan kebatilan memenuhi hati masyarakat kafir Quraisy, namun Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam menunjuk ke arah patung-patung tersebut dengan sebuah tongkat sambil mengatakan:
     Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS. Al Isra:81)
     Amma Ba'du: Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alla dan ketahuilah bahwa balasan suatu amalan pasti akan terjadi dan balasan tersebut akan sesuai dengan amal seseorang, jika perbuatan seseorang baik maka dia akan dibalas dengan kebaikan namun jika amal seseorang buruk maka balasan amal tersebut adalah keburukan pula sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
     Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersaesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. Al Isra; 13-15)
Dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, "Manusia akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan, jika mereka berbuat baik maka balasannya adalah kebaikan dan jika perbuatan mereka buruk maka balasan mereka adalah keburukan".
     Dan sadarilah bahwa yang akan membalas perbuatan orang-orang yang durhaka adalah Allah Subhanahu Wa Ta'alla yang Maha Perkasa pada hari di mana jembatan shirat dipasang di atas neraka jahanam dan setiap manusia akan melewatinya berdasarkan kualitas amal mereka, ada yang melewatinya secepat kedipan mata, atau secepat kilat yang menyambar atau angin, atau kuda yang kencang sebagaimana dijelaskan di dalam hadits yang sahih. Kebenaran ini akan tersingkap bagi orang yang mengingkari pada hari di mana orang-orang bahagia diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'alla di dalam surga penuh dengan kenikmatan yang diliputi oleh ketentraman dan rizki yang berlimpah serta kenyamanan di dalam surga:
     "Dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (QS. Al Wakiah:30-34)
     Mereka menyaksikan orang-orang yang sengsara disiksa di dalam api neraka, mereka diberi minum dari air timah yang mendidih.
     Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa (QS. Al Zukhruf:75)
Para penghuni neraka sangat menyesal dan seandainya mereka bisa dikembalikan hidup di dunia mereka ingin memperbaiki amal-amal mereka, namun alangkah malangnya mereka sebab tidak mungkin mereka dikembalikan ke dunia lagi. Allah Subahanahu Wa Ta'alla berfirman:
     Adapun orang-orang yang celaka. maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih.Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. (QS. Hud: 16-17)
     Waspadalah terhadap kemurkaan Allah Subhanahu Wa Ta'alla, karena semua alasan akan tertolak di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'alla Yang Maha Mengetahui segala rahasia. Segeralah beramal shaleh, singkirlah kelalaian dengan banyak beramal shaleh, aku tidak memberikan nasehat, tapi hanya sekedar sebagai hiasan luar dan apakah siang tidak bisa dipandang oleh mata yang terbuka?. Selamatkanlah diri dari menangguh-nangguhkan kebaikan, kembalilah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alla sebelum terbongkarnya segala kesalahan pada hari dibangkitnya makhluk dari kubur, mereka masing-masing menyingkap apa-apa yang tersimpan di dalam dada dan membuka apa-apa yang tersimpan di dalam dada dan membuka segala kerahasiaan, pada hari kezaliman dan orang yang berlaku zalim didatangkan dengan kebinasaan di hadapan api nereka:
     Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (QS. Al Furqon:27-29).
     Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'alla memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat Allah Yang Maha Bijaksana yang tertera didalamnya. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alla yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepada-Nya dan bertaubatlah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alla, sebab Dia adalah zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sumber artikel:islamhouse.com
Baca Selengkapnya...

Kamis, 02 Februari 2012

Sekilas tentang Qadha dan Qadhar

Sekilas tentang Qadha dan Qadhar




Oleh:Al Usaimin
     Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengutus hamba-Nya Muhammad SAW dengan membawa kebenaran, menyampaikan amanat kepada ummat dan berjihad di jalan-Nya hingga akhir hayat. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, berikut para keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia.

     Dalam pertemuan ini, kami akan membahas suatu masalah yang kami anggap sangat penting bagi kita umat Islam, yaitu masalah qahda dan qadar. Mudah-mudahan Allah SWT membukakan pintu karunia dan rahmat-Nya bagi kita, menjadikan kita termasuk para pembimbing yang mengikuti jalan kebenaran dan para pembina yang membawa pembaharuan.

     sebenarnya masalah ini sudah jelas. Akan tetapi kalau bukan karena banyaknya pertanyaan dan banyaknya orang yang masih kabur dalam memahami masalah ini serta banyaknya orang yang membicarakannya, yang kadangkala benar tetapi seringkali salah; di samping itu tersebarnya pemahaman-pemahaman yang hanya mengikuti hawa nafsu dan adanya orang-orang fasik yang berdalih dengan qadha dan qadar untuk kefasikannya; seandainya bukan karena itu semua, niscaya kami tidak akan berbicara tentang masalah ini.

     Sudah sejak dahulu masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW keluar menemui sahabatnya, ketika itu mereka sedang berselisih tentang masalah qadha dan qadar maka beliau melarangnya dan memperingatkan bahwa kehancuran umat-umat terdahulu tiada lain karena perdebatan seperti ini.

     Walaupun masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah SWT telah membuka hati para hamba-Nya yang beriman, yaitu para salaf shaleh yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhluk-Nya. Maka masalah ini termasuk dalam salah satu diantara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:

Pertama: tauhid Al-Uluhiyah, ialah mengesakan Allah SWT dalam beribadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karena-Nya semata.

Kedua: tauhid Ar-Rububiyah, ialah mengesakan Allah SWT dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Ketiga: tauhid Al-Asma wash-Shifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya. Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dangan Allah dalam dzat, asma maupun sifat.

     Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid Ar Rububiyah. Oleh karena itu imam Ahmad rahimahullah berkata: "Qadar adalah merupakan kekuasaan Allah. Karena tak syak lagi, Qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tak ada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali dia, tertulis di lauh mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang shahih.

     Umat Islam dalam masalah qadar ini terpecah menjadi tiga golongan:

     Pertama: mereka yang ekstrim dalam menetapkan qadae dan menolak adanya kehendak dan kemampuan makhluk. Mereka berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan keinginan, dia hanya dikemudikan dan tidak mempunyai pilihan, laksana bulu yang tertiup angin. Mereka tidak membedakan antara perbuatan manusia yang terjadi atas kehendaknya dan perbuatan yang erjadi diluar kehendaknya, tentu saja mereka ini keliru dan sesat, karena sudah jelas menurut agama, akal dan adat kebiasaan bahwa manusia dapat membedakan antara perbuatan yang di kehendaki dan perbuatan yang terpaksa.

     Kedua: mereka yang ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk  sehingga mereka menolak bahwa apa yang diperbuat manusia adalah karena kehendak dan keinginan Allah serta diciptakan oleh-Nya. Menurut mereka, manusia memiliki kebebasan atas perbuatannya. Bahkan ada diantara mereka yang mengatakan bahwa Allah tidak mengetaui apa yang diperguat oleh manusia kecuali setelah terjadi. Mereka inipun sangat ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk.

     Ketiga: mereka yang beriman, sehingga diberi petunjuk oleh Allah untuk menemukan kebenaran yang diperselisihkan. Mereka itu adalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam masalah ini mereka menempuh jalan tengah dengan berpijak di atas dalil syar'i dan dalil aqli. Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang dijadikan Allah di alam semesta ini terbagi atas dua macam:

      Perbuatan yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini tak ada kekuasaan dan pilihan bagi siapapun. Seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaaman, kehidupan, kematian, sakit, sehat dan banyak contoh lainnya yang dapat disaksikan pada makhluk Allah. Hal seperti ini, tentu saja tak ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun kecuali Allah yang maha Esa dam Kuasa.

     Perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk yanlg mempunyai kehendak. Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauan pelakunya;  karena Allah menjadikannya untuk mereka. Sebagaimana firman Allah:

"Bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus". (At Takwir.28)

"Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghenandaki akhirat". (Ali Imron: 152)

"Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir)  biarlah ia kafier". <  Demikian sebagian uraian isi buku ini, untuk dapat melihat dan mengkaji lebih jauh isi buku ini silahkan anda. DOWNLOAD DI SINI
Baca Selengkapnya...

Selasa, 31 Januari 2012

Malam Pertama Di Alam Kubur - DR. Aidh Al Qarni

   Ada dua malam yang senantiasa dibayangkan setiap muslim:
   Pertama; sebuah malam ketika ia berada di rumahnya berama anak-anak dan keluarganya dalam keadaan bahagia, hidup berkecukupan, sehat dan sejahtera, dan tertawa riang bersama mereka.
     Kedua; sebuah malam setelah kematian menjemputnya. Yakni, setelah ia dimasukkan ke dalam liang kubur dan hari pertama ia tinggal di dalamnya.
     Mengenai malam kedua ini, seorang penyair Arab berkata:
     "Hari itu keberanjak dari tempat tidurku, karena ketenangan pergi meninggalkanku.
     Lalu, ia berkata: Lalu aku berjalan ke sana kemari, kemudian berpindah dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lain. Sungguh, malam itu aku sama sekali tidak bisa tidur karena memikirkan malam pertama di kubur. Sungguh, demi Allah..... Bagaimanakah keadaan malam pertama di kubur nanti? Ya.....!
     Pada hari itu seorang manusia di tempatkan di dalam sebuah lubang seorang diri tanpa teman, istri dan anak-anak, dan ia hanya akan ditemani oleh amalnya sendiri.
"Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum kepunyaan-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat." (QS. aL-aN'AM; 62)
     Malam pertama di dalam kubur adalah malam di mana para ulama menangis, para pemimpin mengadu, dan para penyair meratap.
Malam pertama di liang kubur.....
     Syahdan, seorang yang shaleh tiba-tiba mengalami sakaratul maut karena sengatan ular. Pada saat itu ia tengah berada di perjalanan dan tinggal kepada ibunya, bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya. Ia menyenandungkan sebuah kidung, yang ia lafalkan seiring dengan dengus nafas terakhirnya yang tersengal. Ya, kidung itu adalah kasidah Umm al-'Arabiyyah fi asy-Syi'r al-'Arab. Ia berkata sambil merangkak ke kuburnya;
"Alangkah menyedihkannya saat aku ditinggal sendirian:

     Tidur di dalam lubang setinggi dua batu nisan.
     Mereka berkata,"Jangan pergi!" Namun mereka menguburku.
Oh... tempat manakah yang lebih jauh dari tempatku ini?"
     Kemudian, orang itu menatap:
     Bagaimana aku meninggalkan anak-anakku dalam sekejap?"
     "Kenapa aku tidak bisa pamit pada kedua orang tuaku?"
     "Baginikah kehidupan berakhir? Beginikah aku pergi meninggalkan semuanya?"
     "Beginikah semua harta dan kekuatanku hilang seketika?"
     Sahabat-sahabatku dan orang-orang yang menguburkanku memohon kepadaku, "Jangan pergi! Ya Tuhan jangan pisahkan kami!"
     Tempat manakah yang lebih jauh dari tempatku?
     Tempat manakah yang lebih buruk dari tempat kembali ini?
     Tempat manakah yang lebih gelap dari tempat ini?
     Dapatkah Anda bayangkan semua ini????
untuk lebih lengkap isi buku ini silahkan anda download via 4shared
DOWNLOAD DI SINI
Baca Selengkapnya...

Senin, 30 Januari 2012

Cara Cepat Meraih Keimanan - Harun Yahya

Cara Cepat Meraih Keimanan - Harun Yahya




 BISMILLAHIROHMANNIROHIM

Kami mudahkan Al-Qur'an untuk diingat.
adakah yang mengambil perhatan?
(QS. Al-Qomar;17)

     Berikut 8 pertanyaan dan jawaban dari 104 pertanyaan dan jawaban yang File ISLAM kutip dari buku Cara Cepat Meraih Keimanan oleh Harun Yahya. Harapan File ISLAM semoga setelah membaca kutipan  buku yang kami sajikan dapat menambah ilmu dan pemahaman kita tentang keimanan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah yang telah memberi jatah waktu kita hanya beberapa tahun untuk kemudian harus mempertanggung jawabkan atas apa yang telah kita lakukan di dunia ini.

Pertanyaan 1 BAGAIMANA MEMAHAMI KEBERADAAN ALLAH?
     Tumbuhan, binatang, lautan, gungung-gungung, dan manusia di sekitar kita, dan semua jasad renik yang tidak kasat mata - hidup ataupun mati, merupakan bukti nyata adanya Kebijakan Agung yang menciptakannya. Demikian pula dengan keseimbangan, keteraturan dan penciptaan sempurna yang nampak di seluruh jagat. Semuanya membuktikan keberadaan Pemilik pengetahuan agung, yang menciptakannya dengan sempurna. Pemilik kebijakan dan pengetahuan agung ini adalah Allah.
     Sistem-sistem sempurna yang diciptakanNya serta sifat-sifat yang mengagumkan pada setiap mahluk, hidup maupun mati, menimbulkan kesadaran akan keberadaan Allah. Kesempurnaan ini tertulis dalam Al- Qur'an:
     Dia menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis. Tak akan ditemui sedikit cacatpun dari ciptaanNya. perhatikan berkali-kali, apakah engkau melihat kekurangan padanya? Lalu, perhatikanlah sekali lagi. Matamu akan silau dan lelah! (QS.Al-Mulk: 3-4)

Pertanyaan 2 BAGAIMANA CARA MENGENAL ALLAH?
     Ciptaan yang sempurna di seluruh jagat raya menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha Agung.
     Allah sendiri telah memperkenalkan diriNya kepada kita melalui Al-Qur'an-wahyu yang diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk yang benar bagi kehidupan. Semua sifat-sifat Allah yang mulia disampaikan kepada kita di dalam Al-Qur'an. Dia Maha Bijaksana, Maha Meliputi seluruh alam, Maha Melihat dan Maha Mendengar atas segala sesuatu. Dia lah Pemilik dan Tuhan satu-satunyia atas langit dan bumi dan segala sesuatu di antaranya. Dia lah penguasa seluruh kerajaan langit dan bumi.
     Dialah Allah - tiada tuhan selain Dia. Dia mengetaui yang gaib dan yang nyata. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia lah Allah - tiada tuhan selain Dia.... Miliknya segala nama-nama yang baik. Segala yang di langit dan di bumi bertasbih kepadaNya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hasr; 22-24)

Pertanyaan 3 MENGAPA KITA DICIPTAKAN?
     Dalam Al Qur'an Allah menyebutkan mengapa kita diciptakan:
Aku ciptakan jin dan manusia semata-mata untuk menyembahKu. (QS. Az-Zariyat; 56)
     Seperti disebutkan dalam ayat inil, keberadaan manusia di bumi ini semata-mata unguk menjadi hamba Allah, untuk menyembahNya dan untuk memperoleh ridhaNya. Penghambaan manusia kepada Allah merupakan batu ujian selama ia hidup di muka bumi.

Pertanyaan 4 MENGAPA KITA DIUJI?
     Allah menguji manusia di muka bumi untuk memisahkan antara mereka yang beriman dan mereka yang tidak beriman, serta untuk menentukan siapa yang terbaik amal perbuatannya. oleh karena itu, pengakuan seperti "aku beriman"tanpa bukti tindakan yang sesuai dengannya tidaklah cukup. Di sepanjang hayatnya, manusia diuji dalam hal keimanan dan keta'atannya kepada Allah, termasuk kegigihannya dalam memperjuangkan agama Allah. pendek kata, diuji dalam ketabahan sebagai hamba Allah dalam berbagai kondisi dan lingkungan yang dikehendakiNya. Ini dinyatakan Allah dalam ayat berikut:
     Dia Yang Mematikan danMenghidupkan untuk menguji siapa di antara kamu yang terbaik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk; 2)

Pertanyaan 5 BAGAIMANA CARA MENGABDI KEPADA ALLAH?
     Menjadi hamba Allah berarti menyerahkan seluruh hidup kita untuk tujuan mencapai kehendak dan ridhaNya. Yakni beramal sebaik mungkin tanpa henti untuk mendapatkan Ridha Allah, hanya takut kepada Allah dan mengarahkan seluruh pikiran dan perkataan serta perbuatan untuk tujuan tersebut. Allah mengingatkan dalam Al Qur'an bahwa penghambaan kepadaNya meliputi seluruh kehidupan individu:
     Katakanlah; Sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam. (QS. Al-An'am; 162)

Pertanyaan 6 MENGAPA AGAMA DIPERLUKAN?
     Yang pertama kali harus dilakukan oleh seseorang yang meyakini keberadaan Allah adalah mempelajari apa-apa yang diperintahkan dan hal-hal yang disukai Penciptanya. Dia lah yang memberinya ruh dan kehidupan, makanan, minuman dan kesehatan. Selanjutnya dia harus mengabdikan seluruh hidupnya untuk patuh kepada perintah-perintah Allah dan mencari ridhaNya.
Agama lah yang membimbing kita kepada moral, perilaku dan cara hidup yang diridhai Allah. Allah telah menjelaskan dalam Al Qur'an bahwa orang  yang patuh kepada agama berada di jalan yang benar, sedangkan yang lainnya akan tersesat.
     Dia yang dadanya terbuka untuk Islam mendapat cahaya dari Tuhannya. Sungguh celaka orang-orang yang berkeras untuk tidak mengingat Allah! Mereka dalam kesesatan nyata. (QS. Az-Zummar; 22)

Pertanyaan 7 BAGAIMANA CARA MENJALANKAN AGAMA (DIEN)?
     Orang yang berimana kepada Allah dan menghambakan diri kepadaNya, mengatur hidupnya agar sesuai dengan seruan Allah dalam AlQur'an. Dia menjadikan agama sebagai petunjuk hidupnya. Patuh kepada hal-hal yang baik menurut hati nuraninya, dan meninggalkan segala yang buruk yang ditolak hati nuraninya.
     Allah menyatakan dalam Al Qur'an bahwa Dia menciptakan manusia agar siap untuk menghidupkan agamaNya:
     Maka, teguhkanlah pengabdianmu kepada Agama yang benar yang Allah ciptakan untuk manusia. Tiada yang mampu merubah ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS. Ar-Rum; 30)

Pertanyaan 8 DAPATKAH MORAL TEGAK TANPA AGAMA?
     Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan beragam tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian, iri hati atau berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada orang yang ta'at kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perabuatan buruk tadi karena mengetahui bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya di akhirat kelak.
     Sukar dipercaya jika ada orang mengatakan, "Saya ateis namun tidak menerima sogokan", atau "Saya ateis namun tidak berjudi".  Mengapa? Karena orang yang tidak takut kepada Allah dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat, akan melakukan salah satu hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.
     Seseorang yang mengatakan, "Saya ateis namun tidak berjinah" cenderung melakukannya jika perjinahan di lingkungan tertentu dianggap normal. Atau seseorang yang menerima sogokan bisa saja beralasan, "Anak saya sakit berat dan sekarat, karenanya saya harus menerimanya" jika ia tidak takut kepada Allah. Di negara yang  tak beragama, pada kondisi tertentu maling pun bisa dianggap sah-sah saja. Contohnya, masyarakat tak beragama bisa beranggapan bahwa mengambil handuk atau perhiasan dekorasi dari hotel atau pusat rekreasi bukanlah perbuatan pencurian.
     Seorang yang beragama tak akan berperilaku demikian, karena ia takut kepada Allah dan tak akan pernah lupa aabahwa Allah selalu mengetahui niat dan pikirannya. Dia beramal setulus hati dan selalu menghindari perbuatan dosa.
     Seorang yang jauh dari bimbingan agama bisa saja berkata"Saya seorang ateis namun pemaaf. Saya tak memiliki rasa dendam ataupun rasa benci". Namun sesuatu hal dapat terjadi padanya yang menyebabkannya tak mampu mengendalikan diri, lalu mempertontonkan perilaku yang tak diinginkan. Dia bisa saja melakukan pembunuhan atau melukai orang lain, karena moralnya berubah sesuai dengan lingkungan dan kondisi tempat tinggalnya.
     Sebaliknya, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak kan pernah menyimpang dari moral yang  tidak baik, seburuk apapun kondisi lingkungannya. Moralnya tidak "berubah-ubah" melainkan tetap kokoh. Orang-orang beriman memiliki moral yang tinggi. Sifat-sifat mereka disebut Allah dalam ayatNya;
     Mereka yang teguh dengan keyakinannya  kepada Allah dan tidak mengingkari janji; yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya dan takut kepada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk; mereka yang sabar untuk mencari perjumpaan dengan Tuhan mereka, dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian harta yang kami berikan kepadanya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikan.  Merekalah yang mendapat kedudukan yang tinggi. (QS. Ar-Ra'd; 20-22)
Baca Selengkapnya...

Coretan Tamu

CORETAN TAMU